Jumat, 28 Januari 2011

Pengertian Perkembangan Organisasi

Ada beberapa pengertian tentang Perkembangan Organisasi, diantaranya :

a. Strategi untuk merubah nilai-nilai daripada manusia dan juga struktur organisasi sehingga organisasi itu dapat beradaptasi dengan dengan lingkungannya.

b. Suatu penyempurnaan yang terencana dalam fungsi menyeluruh (nilai dan struktur) suatu organisasi.

c. PO merupakan suatu proses yang meliputi serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu organisasi.

d. PO merupakan suatu pendekatan situasional atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas organisasi

e. PO lebih menekankan pada system sebagai sasaran perubahan.

f. PO meliputi perubahan yang sengaja direncanakan

Dari beberapa pengertian diatas,dapat kita simpulkan bahwa Pengembangan Organisasi merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan bersama akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian. Pengembangan organisasi (PO) sebagai suatu disiplin perubahan perencanaan yang menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan praktek keperilakuan untuk membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas yang lebih besar. Para manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dan PO dapat membantu mereka membentuk hubungan yang efektif di antara mereka. Di dalam menghadapi akselerasi perubahan yang semakin cepat, PO diperlukan untuk bisa mengatasi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan tersebut.

Pengembangan organisasi mengukur prestasi suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas dan kesehatan :

1. Efisien dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada konsep Minimaks (Masukan minimum dan keluaran maksimum).

2. Efektifitas adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai

3. Kesehatan organisasi adalah suatu fungsi dari sifat dan mutu hubungan antara para individu dan organisasi yaitu hubungan yang dinamis dan adaptabilitas

2.1.2 Sifat-sifat dasar Pengembangan Organisasi

Sifat-sifat dasar dari Suatu Perkembangan Organisasi adalah Sebagai Berikut :

1. PO merupakan suatu strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, perubahan yang dimaksud harus mempunyai sasaran yang jelas dan didasarkan pada suatu diagnosis yang tepat mengenai permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.

2. PO harus berupa kolaborasi antara berbagai pihak yang akan mengalami dampak perubahan yang akan terjadi, keterlibatan dan partisipasi para anggota organisasi harus mendapat perhatian.

3. Program PO menekankan cara-cara baru yang diperlukan guna meningkatkan kinerja seluruh anggota organisasi

4. PO mengandung nilai-nilai humanistic dalam arti bahwa dalam meningkatkan efektifitas organisasi, potensi manusia harus menjadi bagian yang penting

5. PO menggunakan pendekatan kesisteman yang berarti selalu memperhitungkan pentingnya inter relasi, interaksi dan inter dependensi

6. PO menggunakan pendekatan ilmiah untuk mencapai efektivitas organisasi

2.1.3 Nilai-nilai dalam Pengembangan Organisasi

Nilai-nilai yang terkandung dari Perkembangan Organisasi Ini adalah :

1. Penghargaan akan orang lain
2. Percaya dan mendukung orang lain, sedangkan individu sendiri harus mempunyai tanggung jawab.
3. Pengamanan kekuasaan (mengurangi tekanan pada wewenang).
4. Konfrontasi (masalah yang tidak disembunyikan).
5. Partisipasi (melibatkan orang-orang yang mempunyai potensi dalam proses pengembangan organisasi).

2.1.4 Akibat Serta Pengaruh Perkembangan Organisasi

Akibat serta Pengaruh didalam PO terjadi pada nilai, proses dan teknologi.

a. Geseran / perubahan nilai yang dibawa PO diantaranya adalah:
  • Penggunaan seluruh sumber-sumber yang tersedia.
  • Pengembangan potensi manusia.
  • Efektivitas dan kesehatan organisasi.
  • Pekerjaan yang menarik dan menantang.
  • Kesempatan untuk mempengaruhi lingkungan kerja.
b. Perkembangan Organisasi Berpengaruh Kepada proses yang meliputi:
  • Proses efektif
  • Proses manajemen
  • Proses pelaksanaan kerja
  • Perubahan teknologi, karena yang diutamakan adalah teknologi yang bisa menjawab kualifikasi posisi manusia.
Sejarah Pengembangan Organisasi

Sejarah Pengembangan Organisasi sangat erat hubungannya dengan teori organisasi. Teori Organisasi meliputi teori organisasi klasik, teori organisasi neoklasik, dan teori organisasi modern.
      1. Teori Organisasi Klasik
Teori klasik (classical theory) kadang-kadang disebut juga teori tradisional yang berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai tahun 1800( abad 18).
Dalam teori ini, organisasi secar umum digambarkan oleh para teoritisi klasik sebagai organisasi yang sangat tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik structural yang kaku dan tidak mengandung kreatifitas. Dalam teori ini organisasi didefinisikan sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain bila orang-orang bekerja sama.
Teori Klasik berkembang dalam 3 aliran yaitu: teori birokrasi, teori administrasi, dan manajemen ilmiah.
  1. I.            Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The Protestant Ethic dan Spirit of Capitalism”.
Karakteristik-karakteristik birokrasi menurut Max Weber:
  1. Pembagian Kerja yang jelas.
  2. Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik
  3. Program rasional dalam mencapai tujuan organisasi
  4. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja
  5. Sistem aturan yang mencakup Hak dan Kewajiban posisi para pemegang jabatan
  6. I.            Teori Administrasi
  1. Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal.
Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reiley dari Amerika.
Henri Fayol mengemukakan dan mambahas 14 kaidah manajemen yang menjadi dasar perkembangan teori ini yaitu:
  • Pembagian Kerja / Division of Work
  • Wewenang dan Tanggung jawab
  • Disiplin
  • Kesatuan perintah
  • Kesatuan pengarahan
  • Mendahulukan kepentingan umum dari pada pribadi
  • Balas jasa
  • Sentralisasi
  • Rantai scalar
  • Aturan
  • Keadilan
  • Kelanggengan personalia
  • Inisiatif
  • Semangat korps
  1. I.            Manajemen Ilmiah
Manajemen Ilmiah dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor tahun 1900. Ada beberapa pendapat tentang manajemen ilmiah, salah satunya adalah mengatakan manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada studi, analisa, dan pemecahan masalah-masalah organisasi.
Taylor mengemukakan empat kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu:
  • Menggantikan metoda-metoda kerja dalam praktek dengan berbagai metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja yang ilmiah dan benar.
  • Mengadakan seleksi, latihan-latihan dan pengembangan para karyawan secara ilmiah.
  • Pengembangan ilmu kerja serta seleksi, latihan dan pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan.
  • Untuk mecapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para karyawan.
Teori organisasi klasik sepenuhnya hanya menguraikan anatomi organisasi formal. Dalam organisasi formal ada empat unsure pokok yang selalu muncul, yaitu:
  • System Kegiatan yang terkoordinasi
  • Kelompok orang
  • Kerjasama
  • Kekuasaan dan kepemimpinan
Menurut para pengikut aliran teori klasik, adanya suatu organisasi formal sangat tergantung pada empat kondisi pokok, yaitu:
  • Kekuasaan
  • Saling melayani
  • Doktrin
  • Disiplin
  1. Teori Organisasi Neoklasik
Teori Neoklasik secara sederhana dikenal sebagai aliran hubungan manusiawi(The Human Relation Movement). Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Howthorne dan dari tulisan Huga Munsterberg.
Percobaan-percobaan ini dilakukan dari tahun 1924 sampai 1932 yang menandai permulaan perkembangan teori hubungan manusiawi dan merupakan kristalisasi teori neoklasik. Pada akhirnya percobaan Howthorne menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat berpengaruh pada operasi organisasi.
Dalam hal pembagian kerja, teori neoklasik mengemukakan perlunya hal-hal sebagai berikut:
  • Partisipai
  • Perluasan kerja
  • Manajemen bottom-up
      1. Teori Organisasi Modern
Teori modern biasanya disebut juga sebagai analisa sistem pada organisasi. Teori modern melihat bahwa semua unsur organisasi sebagai satu kesatuan dan saling ketergantungan, yang di dalamnya mengemukakan bahwa organisasi bukanlah suatu sistem tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang stabil, akan tetapi organisasi merupakan sistem terbuka.
Teori modern dikembangkan tahun 1950, dalam banyak hal yang mendalam teori modern dengan klasik berbeda, perbedaan tersebut diantaranya:
  • Teori Klasik memusatkan pandangannya pada analisa dan deskripsi organisasi, membicarakan konsep koordinasi, scalar dan vertikal.
  • Teori Modern menekankan pada perpaduan dan perancangan menjadikan pemenuhan suatu kebutuhan yang menyeluruh, lebih dinamis dan lebih banyak variabel yang dipertimbangkan.
Teori Modern menunjukkan tiga kegiatan proses hubungan universal yang selalu muncul pada sistem manusia dalam perilakunya berorganisasi, yaitu:
  • Komunikasi
  • Konsep keseimbangan
  • Proses pengambilan keputusan
Tujuan Perkembangan Organisasi ;
  1. Menciptakan keharmonisan hubungan kejra antara pimpinan dengan staf anggota
organisasi.
2. Menciptakan kemampuan memecahkan persoalan organisasi secara lebih terbuka
3. Menciptakan keterbukaan dalam berkomunikasi.
4. Merupakan semangat kerja para anggota organisasi dan kemampuan
mengendalikan diri.
2.3 Karakteristik Pengembangan Organisasi
Karakteristik organisasi adalah perilaku dan tingkah laku suatu badan/institusi terhadap kondisi yang ada diluar institusi itu maupun didalam institusi itu sendiri, artinya dalam dunia bisnisnya selalu fokus kepada pelanggannya yang bukan hanya dari luar perusahaan itu tapi juga orang-orang di dalam perusahaan yang merupakan aset perusahaan itu sendiri. (Maksudnya Masih jarang sebuah institusi itu menganggap karyawannya berpotensi untuk jadi aset dan akhirnya kurang mendapat perhatian dari perusahan itu sendiri), jadi semua mengarah kepada mutu yg ditentukan oleh 2 hal seperti yg tertulis sebelumnya.
Kerakteristik Organisasi yang efektiv adalah ;
- Concern terhadap SDM dan memperlakukan SDM sebagai Asset yang berharga
- Program Training dan Pengambangan terbuka seluas-luasnya
- Program kompensasi terlaksana dengan baik
- Tingkat perputaran SDM rendah
- Top manajemen mempunyai komitmen dan mendukung terhadap perkembangan SDM
- Semua Team turut berpartisipasi dalam membuat kebijakan organisasi
Secara umum karakteristik pengembangan organisasi :
  1. Keputusan yang penuh pertimbangan maksudnya adalah suatu hasil yang diperoleh berdasarkan strategi yang telah direncanakan dalam rangka mewujudkan perubahan organisasional yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
  2. Diterapkan pada semua sub-sistem manusia baik individu, kelompok, dan organisasi maksudnya adalah menerapkan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
  3. Menerima intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi yang mempunyai kedudukan di luar mekanisme organisasi maksudnya adalah menerima segala bentuk campur tangan misalnya dalam bentuk pendapat, baik dari anggota yang termasuk dalam sebuah organisasi atau berbagai pihak dari luar organisasi.
  4. Kolaborasi maksudnya adalah kerjasama antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
  5. Teori sebagai alat analisis maksudnya adalah menggunakan pengertian yang disebutkan secara tertulis lalu diterapkan sebagai alat analisis untuk mendapatkan suatu hasil yang memuaskan dari suatu pengembangan organisasi.
  6. Mengutamakan potensi manusia maksudnya adalah mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
  7. Interaksi dan Interpendensi maksudnya adalah menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
  8. Pendekatan Ilmiah maksudnya adalah menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.




sumber : azenismail.wordpress.com

Budaya Organisasi


Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :

a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.

b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.

c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.

d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.

e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.

Sumber-sumber Budaya Organisasi

Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Pengaruh umum dari luar yang luas

Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.

2. Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat

Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.

3. Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi

Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.





sumber : jurnal-sdm.blogspot.com



Motivasi dalam Organisasi


Lima fungsi utama manajemen adalah planning, organizing, staffing, leading, dan controlling. Pada pelaksanaannya, setelah rencana dibuat (planning), organisasi dibentuk (organizing), dan disusun personalianya (staffing), maka langkah berikutnya adalah menugaskan/mengarahkan karyawan menuju ke arah tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan (leading) ini secara sederhana adalah membuat para karyawan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Memotivasi karyawan merupakan kegiatan kepemimpinan yang termasuk di dalam fungsi ini. Kemampuan manajer untuk memotivasi karyawannya akan sangat menentukan efektifitas manajer. Manajer harus dapat memotivasi para bawahannya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka meningkat.

Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’ (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam hal ini, akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.

Motivasi menunjuk kepada sebab, arah, dan persistensi perilaku. Kita bicara mengenai penyebab suatu perilaku ketika kita bertanya tentang mengapa seseorang melakukan sesuatu. Kita bicara mengenai arah perilaku seseorang ketika kita menanyakan mengapa ia lakukan suatu hal tertentu yang mereka lakukan. Kita bicara tentang persistensi ketika kita bertanya keheranan mengapa ia tetap melakukan hal itu (Berry, 1997).
Suatu organisme (manusia/hewan) yang dimotivasi akan terjun ke dalam suatu aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien daripada yang tanpa dimotivasi. Selain menguatkan organisme itu, motivasi cenderung mengarahkan perilaku (orang yang lapar dimotivasi untuk mencari makanan untuk dimakan; orang yang haus, untuk minum; orang yang kesakitan, untuk melepaskan diri dari stimulus/rangsangan yang menyakitkan (Atkinson, Atkinson, & Hilgard, 1983).

Sampai pada abad 17 dan 18, para pakar filsafat masih berkeyakinan bahwa konsepsi rasionalisme merupakan konsep satu-satunya yang dapat menerangkan tindakan-tindakan yang dilakukan manusia. Konsep ini menerangkan bahwa manusia adalah makhluk rasional dan intelek yang menentukan tujuan dan melakukan tindakannya sendiri secara bebas berdasarkan nalar atau akalnya. Baik-buruknya tindakan yang dilakukan oleh seseorang sangat tergantung dari tingkat intelektual orang tersebut. Pada masa-masa berikutnya, muncul pandangan mekanistik yang beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia timbul dari adanya kekuatan internal dan eksternal, diluar kontrol manusia itu sendiri. Hobbes (abad ke-17) mengemukakan doktrin hedonisme-nya yang menyatakan bahwa apapun alasan yang diberikan oleh seseorang atas perilakunya, sebab-sebab terpendam dari semua perilakunya itu adalah adanya kecenderungan untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan.





sumber : deprazz.wordpress.com

Gaya komunikasi dalam organisasi


 Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss

Gaya komunikasi mengendalikan

Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.

Pihak - pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.

Gaya komunikasi dua arah

The Equalitarian Style Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way communication). Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.

Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.

The Structuring Style 

Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

The Dynamic style 

Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.

The Relinguishing Style 

Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.

The Withdrawal Style 

Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Berikut ini adalah tabel mengenai gaya komunikasi.
Mengalihkan persoalan.

jadi yang dimaksud dengan Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.

Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.

PROSES KOMUNIKASI ORGANISASI

KOMUNIKASI INTERNAL

Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan.[3]. Empat Dimensi Komunikasi organisasi

1. Downward communication 

Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para pegawai menurut Level (1972): 1. Metode tulisan 2. Metode lisan 3. Metode tulisan diikuti lisan 4. Metode lisan diikuti tulisan

2. Upward communication 

Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

Komunikasi ke atas menjadi terlalu rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979) mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit: 1. Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka 2. Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai 3. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai 4. Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai

3. Horizontal communication 

Yaitu komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama

4. Interline communication 
 
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing komunikasi lintas-saluran.

Ada dua kondisi yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran: 1. Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung 2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya





sumber : http://id.wikipedia.org




Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya dan Efektivitas Kepemimpinan


Hasil studi Tannenbaum dan Schmid sebagaimana dikutip Kadarman, et.al.(1996) menunjukkan bahwa gaya dan efektifitas gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh :

1. Diri Pemimpin.

Kepribadian, pengalaman masa lampau, latar belakang dan harapan pemimpin sangat mempengaruhi efektifitas kepemimpinan disamping mempengaruhi gaya kepemimpinan yang dipilihnya.

2. Ciri Atasan.

Gaya kepemimpinan atasan dari manajer sangat mempengaruhi orientasi kepemimpinan manajer.

3. Ciri Bawahan.

Respon yang diberikan oleh bawahan akan menentukan efektivitas kepemimpinan manajer. Latar belakang pendidikan bawahan sangat menentukan pula caramanajer menentukan gaya kepemimpinannya.

4. Persyaratan Tugas.

Tuntutan tanggungjawab pekerjaan bawahan akan mempengaruhi gaya kepemimpinan manajer.

5. Iklim Organisasi dan Kebijakan.

Ini akan mempengaruhi harapan dan prilaku anggota kelompok serta gaya kepemimpinan yang dipilih oleh manajernya

6. Perilaku dan Haapan Rekan.

Rekan sekerja manajer merupakan kelompok acuan yang penting. Segala pendapat yang diberikan oleh rekan-rekan manajer sangat mempengaruhi efektivitas hasil kerja manajer.



sumber : www.google.co.id


Tipologi Kepemimpinan berdasarkan Jenis Laissez Faire



Seperti hal nya tipe pemimpin yang kharistmatik ini, tipe ini tidak banyak literatur yang membahasnya. Akan tetapi tipe pemimpin ini mempunyai karakteristik utama yaitu segala sesuatu akan berjalan lancar sebgai mestinya, yang perlu dilakukan adalah mengawasi alur kegiatan organisasi sesuai dengan apa adanya.
Peranan pemimpin tipe ini adalah biasanya sebagai ‘polisi lalu lintas’ dengan anggapan bahwa anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada peraturan dan permainan yang berlaku. Dengan demikian peranan tipe pemimpin ini adalah pasif.
Sedangkan nilai-nilai yang dianut adalah bertolak pada filsafat hidup manusia yang mempunyai solidaritas, kebersamaan, kesetiaan dan ketaatan. Sehingga hal ini cukup memudahkan bagi pemimpin tipe ini untuk mengorganisir organisasinya. Dimana akan menimbulkan sikap permisif dan bertindak sesuai dengan keyakinan dan bisikan hati nuraninya asalkan kepentingan dan kebersamaan anggota organisasi tetap terjaga.
Gaya kepemimpinan oleh tipe pemimpin ini adalah:
  • Pedelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.
  • Pengambilan keputusan diserahkan pada pejabat dibawahnya kecuali bilamana dibutuhkan kehadiran dan keterlibatannya.
  • Status quo organisasional tidak terganggu.
  • Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir, inovatif, kreatifitas diserahkan pada pejabat dibawahnya dan anggota organisasi.
  • Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, maka intervensi pemimpin di dalam organisasi dalam tingkat yang minimum.

             
sumber : belajarmanagement.wordpress.com
 

Tipologi Kepemimpinan berdasarkan Jenis Kharismatik


Sebelum tahun 1980, karisma adalah suatu mengenai kepemimpinan politik, atau kepemimpinan dari pergerakan sosial dan keagamaan. Dalam beberapa tahun para peneliti tertarik untuk mempelajari mengenai karisma kepemimpinan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan wirausahawan yang mendirikan organisasi baru dan exekutif yang menjalankan organisasi lama.

Karisma adalah suatu kata yang berasal dari yunani yang berarti “pemberian tuhan”. Seperti halnya kemampuan untuk memprediksi kejadian dimasa mendatang. Seorang sosiolog Max Weber (1947) menggunakan istilah ini untuk menjelaskan bentuk dari pengaruh suatu persepsi terhadap bawahan yang menjelaskan bahwa pemimpin diberkahi oleh suatu kemampuan lebih.

Karisma adalah daya tarik seseorang yang tidak bisa dibeli dengan uang. Itu adalah energi yang tidak nampak akan tetapi efeknya nyata (Marriane Williamson).
Seorang pemimpin yang memiliki kemampuan pribadi luar biasa muncul dengan visi yang radikal, yang memberikan solusi atas masalah yang sedang terjadi. Hal ini membuat para bawahan menjadi tertarik dan meyakini bahwa pimpinanya memiliki kelebihan yang luar biasa. Selama beberapa tahun sejak Weber mengemukakan theori itu, beberapa dari sosiolog dan polotisi telah melakukan usaha untuk menjelaskan mengenai karisma dan menganalisis kondisis dimana hal tersebut terjadi.

Banyak sekali kontroversi mengenai karisma, apakah karisma itu merupakan kemampuan khusus dari pemimpin, kondisi pekerjaan, ataukah suatu proyeksi interaktif antar pimpinan dan bawahan. Saat ini beberapa theoritikus menganggap bahwa karisma adalah suatu hasil dari kemampuan memahami dan mempengaruhi para bawahan atau bawahan. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang berkualitas dan perilaku yang sesuai dengan keadaan saat itu.

TEORI HOUSE MENGENAI CARISMA KEPEMIMPINAN

House (1977) menyatakan sebuah teori untuk menjelaskan kepemimpinan karismatik dalam bentuk usulan yang lebih melibatkan observasi dari pada melibatkan mistik. Teori ini berdasarkan kumpulan dari berbagai ilmu sosial. Menurut House, karisma seorang pemimpin mampu memberikan sesuatu yang sangat besar dan efek yang sangat luar biasa bagi bawahannya atau bawahanya. Mereka mayakini bahwa keyakinan soerang pemimpin itu adalah benar. Mereka menerima pendapat pemimpin tanpa pernah memepertanyakan alasanya. Mereka menyayangi pemimpin mereka dan terlibat secara emosi dalam misi organisasi. Mereka menjadi sangat yakin bahwa mereka mampu memberiakan kontribusi yang lebih terhadap tujuan organisasi.

SIFAT PEMIMPIN

Seorang pemimpin yang berkarisma memiliki kekuatan yang besar, rasa percaya diri yang tinggi, serta pendirian yang kuat. Sebuah tujuan yang besar memotivasi pemimpin untuk berusaha mempengaruhi bawahannya. Seorang pemimipin yang tidak memiliki sifat-sifat diatas akan sangat sulit untuk mempengaruhi bawahanya.

PERILAKU PEMIMPIN

Para pemimpin yang berkarisma sering menjaga perilakunnya didepan para bawahannya agar dirinya terkesan berkompeten dibidangnya. Seorang pemimpin yang berkarisma pandai dalam menyuarakan idiologinya yang berhubungan dengan tujuan organisasi, sehingga dapat menciptakan aspirasi bersama yang diakomodasikan terhadap bawahan. Keterlibatan emosi seoarang pemimpin dengan bawahanya memberikan suatu tujuan yang jelas bagi bawahanya. Bahkan ketidakhadiran seoarang pemimpin akan memberikan dampak yang besar bagi para bawahanya.

Pemimpin yang berkarismatik suka memberikan contoh –contoh perilaku yang baik agar ditiru oleh para bawahanya. Dalam proses ini pemimpin mampu memberikan kepuasan dan motivasi kepada bawahanya. Mereka suka memberikan motivasi secara bertahap dan berkesinambunangan kepada bawahanya agar menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi terhadap para bawahanya. Motivasi ditumbuhkan dengan memberikan pujian-pujian dan daya tarik emosional kepada bawahanya. Hal ini akan senantiasa menumbuhkan rasa percaya diri seorang bawahan dan secara tidak langsung menghidupkan karisma seorang pimpinan.

PEMUDAHAN KONDISI

Podsakoff, MacKenzie, Morrman, and Fetter (1990) mengembangkan sebuah kuisioner yang bertujuan untuk mengukur karismatik dan perubahan perilaku pemimpin. Dan hasilnya menunjukakn bahwa seorang bawahan yang memiliki pemimpin karismatik cendrung akan lebih bekerja keras, setia, dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah.

Howell dan Frost (1988) memimpin sebuah riset mengenai perbedaan perilaku pemimpin terhadap bawahanya. Pemimpin yang berkarisma akan menunjukan rasa percaya yang tinggi, harapan yang tinggi kepada bawahanya dengan cara yang berbeda-beda (kontak mata, nada bicara, pujian, dll ). Beberapa bukti tidak langsung ditemukan oleh beberapa peneliti yaitu seorang bawahan akan menunjukkan kinerja yang maksimal ketika pemimpin memberikan pujian, dan menunjukan rasa percaya diri yang sesuai dengan ucapanya.(Eden, 1984, 1990; Eden dan shani, 1982; Field, 1989)

SIFAT-SIFAT TEORI KARISMA

Conger dan Kanungo (1987) menyatakan teori bahwa carismatik leadership adalah sesuatu yang alami. Karismatik itu bukan hanya suatu bayangan seorang pemimpin, akan tetapi lebih cendrung kepada dorongan terhadap para bawahanya. Seaorang pemimpin akan terlihat karismanya jika mampu bertanggung jawab atas suatu keputusan yang diambil terhadap bawahanya. Akan lebih berkesan lagi jika sorang pemimpin mau bertanggung jawab tanpa mengindahkan uang, status, bahkan posisinya diperusahaan demi bawahanya. Seorang pemimpin membangun visi bagi masa depan dan mengatur strategi untuk merealisasikannya. Dia menyebabkan terjadinya perubahan. Dia memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk menuju arah yang benar, menyertai setiap orang dan berkorban untuk mencapainya. Hal ini akan membuat para bawahan meyakini banwa pemimpinya benar-benar tahu bagaimana cara memimpin dan mencapai sebuah tujuan. Hal ini akan membuat mereka bekerja keras dalam menjalankan strategi yang diberikan pimpinanya. Sehingga peluang suksespun semakin tinggi. Hal ini dikarenakan seoarang bawahan akan melakukan apa saja jika mereka telah terinfuence oleh pimpinanya.

PROSES MEMPENGARUHI

Pada awalnya teori tidak membahas mengenai bagaimana karisma seorang pemimpin mempengaruhi bawahanya, akan tetapi sebuah gambaran mengenai hal itu akan dijelaskan oleh Conger(1989). Disana dibahas mengenai mengapa seorang bawahan begitu kuat terpengaruh oleh karisma pimpinanya dalam menyelasaikan sebuah misi. Hal-hal yang mempengaruhi proses pengaruh karismatik seorang pemimpin yaitu adalah :

1.Personal Karakter 

Karakter dasar dari seorang pemimpin sangat menentukan apkah dia memiliki karisma atau tidak terhadap bawahanya. Karakterpemimpin tidak akan tampak ketika kita hanya berinteraksi sesaat, atau dalam kondisi tekanan normal. Dalam kondisi tekanan yang luar biasa, karakter pemimpin yang asli akan muncul ke permukaan dan tampak jelas. Apakah dia gampang marah, gampang mengeluh, gampang menyerah, mudah panik, atau menggantungkan dirinya pada orang lain. Bahkan, apakah ia sesungguhnya punya karakter offensive (menyerang orang lain), defensive (sekadar menjaga diri), atau offensive-defensive (mempertahankan diri dengan cara menyerang). Apakah ia juga memiliki karakter uncontrolled (tidak mampu mengendalikan din), short-sighted (berpandangan jangka pendek), impulsive (reaktif-sesaat), bahkan explosive (meledak-ledak).

2. Width & Depth Knowledge

Aura kepemimpinan akan makin bersinar terang ketika orang tersebut secara terus menerus memperluas dan memperdalam pengetahuannya, terutama dalam bidangnya. Ia menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya. Sehingga secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi para bawahanya atupun bawahannya. 

A SelF-Concept teori of Charismatic Leadership

Banyak teori-teori yang tidak memberikan penjelasan yang cukup mengenai lasan mengapa karisma seorang pemimpin mampu memberikan pengaruh dan motivasi yang sangat besar kepada bawahanya untuk melakukan segala hal demi pemimpinya. Contohnya adalah mengapa para bawahan agama tertentu rela mengorbankan segala hal yang bersifat duniawi demi agamanya. Dan mengapa para bawahan politik rela hidupnya dipenuhi resiko demi pimpinanya.

Shamir, house, dan Arthur (1993) merumuskan sebuah teori baru mengenai karisma seorang pemimpin yang diharapkan mampu menutupi kekurangan itu. Beberapa indikasi uyang digunakan masih sam, yaitu mengenai rasa sayang bawahan kepada pimpinanya, keterkaitan emosional dalam organisasi. Serta kesamaan komitment untuk mencapai hasil yang maksimal.

MOTIVASI MANUSIA

Sebagian besar manusia akan termotivasi untuk mempertahankan harga diri mereka. Dan bahkan sebagian besar manusia cendrung termotivasi untuk mempertahankan pendapatnya. Pendapat pribadi merupakan gabungan antara nilai-nilai dan identitas sosial.
PENJELASAN PSIKOANALISIS (ANALISA KEJIWAAN) DARI KHARISMA
Beberapa teori mencoba untuk menjelaskan charisma dalam terminology Freudian Psychodinamic process in followers. Teori ini mencoba untuk menjelaskan ketidakbiasaan dan kelihatannya juga tentang pengaruh irrasional dari beberapa pemimpin kharismatik yang diidolakan sebagai pahlawan manusia super atau dipuja sebagai tokoh spiritual. Tingkat ekstreem personal identifikasi oleh bawahan yang dijelaskan dalam proses psychodynamic antara lain :

- regression (kemunduran), hal ini meliputi kembalinya seseorang untuk merasa dan berperilaku khas anak muda.
- Transference (pemindahan kekuasaan), terjadi apabila bawahan merespon seseorang hanya jika dia adalh seorang figur orang penting.
- Projection (proyeksi), meliputi proses perasaan atribusi yang tak diinginkan dan alasan pada orang lain, dengan cara demikian terdapat pergeseran tentang salah satu yang merasa bersalah.

Munculnya pemimpin kharismatik pada khususnya seperti diantara orang-orang yang memiliki perasaan ketidakcukupan, bersalah, takut, dan terasing dan seseorang yang membagi kepercayaan dan keluarbiasaan yang akan melayani dasar emosional dan seruan rasional oleh pemimpin.

PENJELASAN PENULARAN SOSIAL OLEH KHARISMA

Tinjauan teori ini berfokus pada dampak langsung dari pemimpin pada sikap dan perilaku bawahannya. Reaksi bawahan, seperti pendirian yang kuat dari kegunaan keterlibatan emosional pada misi, kesediaan untuk mendesak dengan upaya ekstra, dan identifikasi dengan pemimpin yang terjadi untuk merespon perilaku non-tradisional, pengecualian prestasi, dan pesan inspirasional oleh pemimpin. Kharisma diatribusikan pada pemimpin oleh bawahan sebagai hasil dari keluarbiasaan atribusi yang diperlihatkan pemimpin dalam konteks tertekan dalam situasi sosial. Menurut Meindl (1990) teori ini tidak menjelaskan mengapa respon kharismatik juga terjadi pada seseorang yang tidak bertemu secara tatap muka dengan pemimpin.

Meindl menawarkan penjelasan tentang kharisma yang berpusat pada bawahan daripada berpusat pada pemimpin. Teori ini berfokus pada penularan sosial sebagai proses utama interaksi antarpribadi untuk menjelaskan reaksi kharismatik pada pemimpin. Terminologi ” penularan sosial” menggambarkan secara spontan perbedaan dan reaksi perilaku yang terjadi diantara sekelompok orang. Menurut Meindl, banyak orang punya identitas kepahlawanan dalam konsep diri mereka sendiri. Perbedaan mencolok dibandingkan teori kharisma yang lain, tidak penting siapa sebenarnya yang menjadi simbol pemimpin dari penyebab yang baru (dan berfokus pada pemujaan bawahan yang berlebihan).sepanjang orang tersebut cukup atraktif dan luar biasa dalam kualitas dan aturan. 

PERBANDINGAN TEORI KHARISMA

Berbagai macam teori kepemimpinan kharismatik menyediakan banyak penjelasan yang bersaing penjelasan sebagai dampak proses yang menyangkut teori kepemimpinan kharismatik. Teori penjelasan psychoanalisis dari kharisma menekankan dampak dari pemimpin sebagai dampak dari identifikasi personal dengan pemimpin. 

Teori atribusi kharisma ( Conger, 1989: Conger & Kanungo, 1987) kelihatannya menekankan pada identifikasi personal sebagai proses utama dan internalisasi sebagai proses kedua. Dalam Meind teori (1990) pada awalnya perubahan secara langsung dampak dari pemimpin (kemungkinan melalui personal identifikasi), tapi orang lain sesudah itu terpengaruh proses penularan sosial. Teori yang disampaikan oleh House (1977) menekankan personal identifikasi, motif arausal oleh pemimpin, dan pengaruh pemimpin tujuan bawahan dan kepercayaan diri. Teori konsep diri (Shamir et all. 1993) menekankan pada nilai internalisasi, identifikasi sosial, dan pengaruh pemimpin pada kemanjuran diri bawahan, dengan hanya aturan yang kecil untuk identifikasi personal.

Perbedaan teori ini ditekankan pada ketidakragu-raguan loyalitas dan kepatuhan sebagai indikator utama dari pengaruh pemimpin kharismatik.
Psichoanalisis : keyakinan kepatuhan pada terjadinya ketergantungan bawahan pada manusia super yang akan melindungi mereka.
Teori House : bawahan menggambarkan ketidak ragu-raguan ketaatan pada pemimpin yang berdasar personal identifikasi dan ketergantingan mereka pada keahlian yang luar biasa dari pemimpinnya.

Keyakinan kepatuhan dan loyalits tidak berdampak pada teori penularan sosial. Teori dari Shamir dan koleganya menekankan pada loyalitas pada keikutsertaan ideologi pada pemimpin dibanding pemimpinnya sendiri..
Semua tokoh dalam teori ini spendapat bahwa pentingnya visi yang dilafalkan pemimpin yang relevan pada situasi dan kebutuhan bawahan.



sumber :  www.google.com

Tipologi Kepemimpinan berdasarkan Jenis Paternalistic


Beberapa faktor popularitas pemimpin paternalistik adalah:
  • Kuatnya ikatan primordial,
  • Extended family system,
  • Kehidupan masyarakat yang komunalistik,
  • Peranan adat istiadat yang sangat kuat,
Dari segi persepsi yang timbul, pemimpin paternalistik banyak diwarnai oleh harapan dari para pengikutnya untuk dapat berperan aktif sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak untuk dijadikan tempat bertanya dan memperoleh petunjuk.
Dari segi sifat, pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian pada kepentingan dan kesejahteraan bawahannya.
Dan bila ditinjau dari segi nilai yang dianut, biasanya pemimpin paternalistik lebih mengutamakan kebersamaan serta adanya perlakuan yang seragam yang lebih menonjol.
Sedangkan bila ditinjau dari sikap yang dianut, bahwa pemimpin harus mengetahui segala seluk beluk kehidupan organisasional, sehingga yang terjadi adalah adanya pemusatan pengambilan keputusan dalam diri pemimpin dan bawahan hanya sebagai pelaksana saja.
Dari ke empat faktor yang diuraikan diatas, maka penonjolan dominasi keberadaan pemimpin dan penekanan yang kuat pada kebersamaan serta lebih bercorak pada yang bersifat sebagai pelindung, bapak, dan guru. 




sumber : http://belajarmanagement.wordpress.com/2009/06/29/tipe-pemimpin-paternalistik/