Jumat, 28 Januari 2011

Tipologi Kepemimpinan berdasarkan Jenis Otokratik



Dari segi persepsi, seorang pimpinan yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Dan dalam menterjemahkan disiplin kerja bawahan adalah dengan perwujudan kesetian bawahan kepada dirinya. Sehingga dalam mengembangkan persepsinya bahwa tujuan organisasi itu identik dengan tujuan pribadinya. Karena organisasi diperlakukan hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadinya.
Dari segi nilai yang dianut, pemimpin otokratik itu menganut nilai bahwa segala sesuatu tindakannya dianggap benar bilamana tindakan tersebut adalah untuk mempercepat tercapainya tujuan-tujuannya. Dan bilamana ada suatu tindakan yang dianggap tidak benar, maka tindakan tersebut dianggap sebagai penghalang dan harus disingkirkan.
Dari segi sikap yang diambil, pemimpin otokratik itu akan menunjukkan sikapnya dalam bentuk:
  • Kecenderungannya memperlakukan bawahan sama dengan alat dalam organisasi dan kurang menghargai harkat dan martabat bawahannya.
  • Mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa adanya keterkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan bawahan.
  • Mengabaikan peranan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, sehingga bawahan hanya dituntut untuk sebagai pelaksana saja.
Dari segi perilaku, pemimpin otokratik akan sangat sulit bahkan tidak akan mau menerima saran dan pandangan dari bawahannya. Terlebih lagi dalam bentuk kritik, maka dapat diartikan sebagai usaha merongrong kekuasaannya.
Dengan demikian, gaya kepemimpinan seseorang yang otokratik dalam prakteknya mempunyai gaya sebagai berikut:
  • Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
  • Dalam hal penegakan disiplin, gaya kepemimpinannya akan bersifat kaku.
  • Bernada keras dan paksa dalam pemberian perintah atai instruksi.
  • Menggunakan pendekatan punitif (hukuman) bilamana terjadi kesalahan atau penyimpangan oleh bawahan.
Permasalahan yang timbul dengan gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
  • Keberhasilan yang dicapai adalah karena ketakutan bawahan terhadap atasannya dan bukan atas dasar keyakinan bersama.
  • Disiplin yang terwujud selalu dibayang-bayangi dengan ketakutan akan hukuman yang keras bahkan pemecatan.
  • Untuk efektifitas kinerja bawahan akan melorot drastis jika ketaatan dan disiplin kerja menurun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar